Studi: Serat Harian Bantu Perbaiki Kesehatan Saluran Cerna 9 dari 10 Anak
A
A
A
JAKARTA - Data menyebutkan, sebanyak 1 dari 3 anak mengalami indikasi awal konstipasi yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada kesehatan saluran cerna. Oleh karena itu, orangtua perlu lebih mencermati kecukupan asupan serat harian anak.
Hal tersebut diulas dalam acara "Bicara Gizi: Peranan Serat untuk Dukung Kesehatan Pencernaan Anak” yang digagas oleh Danone Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Peneliti dari FKUI yang juga Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K) mengatakan, asupan serat yang cukup telah teruji secara klinis dapat membantu mengurangi gejala gangguan buang air besar.
"Ini terjadi karena serat dapat membantu menyerap air di usus besar, memperbesar volume dan melunakkan konsistensi feses, mempercepat pembuangan sisa makanan dari usus besar, dan menstimulasi saraf pada rektum agar anak memiliki keinginan untuk BAB,” kata Prof. Hegar, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima SINDOnews.
Prof. Hegar melanjutkan, seorang anak dapat dikatakan memiliki konstipasi apabila terjadi gangguan pada pola BAB, yaitu frekuensi defekasi yang jarang dengan konsistensi feses yang keras, serta beberapa gejala klinis lain. "Kondisi ini tidak dapat diremehkan karena terganggunya kesehatan saluran pencernaan anak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas kesehatannya di masa depan. Untuk itu, orangtua perlu mencermati kesehatan saluran pencernaan anak, salah satunya dengan memperhatikan kecukupan konsumsi serat harian si kecil," ujarnya.
Penelitian yang dilakukan Danone di salah satu wilayah di Jakarta memperlihatkan bahwa 9 dari 10 anak usia 2-3 tahun hanya mengonsumsi rata-rata 4,7 gram serat per hari. Jumlah tersebut jauh di bawah angka kecukupan gizi (AKG 2013) yaitu sebanyak 16 gram serat per hari.
Hasil penelitian tersebut juga mendapatkan 1 dari 3 anak mempunyai pola defekasi berisiko konstipasi. Yaitu meski buang air besar setiap hari, tetapi memiliki konsistensi yang keras. Atau sebaliknya, meski konsistensinya lunak tetapi frekuensi buang air besar tiga hari sekali atau kurang. Intervensi penambahan serat, meski hanya sebesar 7 gram selama 2 bulan, terlihat dapat memperbaiki pola defekasi secara signifikan terhadap 74% anak tersebut pada 2 minggu pertama dan mencapai 90% setelah 2 bulan.
Untuk membantu orangtua memastikan kecukupan serat anak, Danone Specialized Nutrition Indonesia meluncurkan inovasi terbaru, yaitu fitur Fibre O Meter pada kanal Bebeclub. Fitur ini dapat digunakan orangtua untuk menghitung dan memastikan asupan serat harian anak telah terpenuhi.
“Orangtua dapat secara aktif memantau kecukupan serat harian anak dengan mudah melalui fitur Fibre O Meter ini. Dengan cara memasukkan riwayat menu makanan dan minuman yang telah dikonsumsi si kecil dalam satu hari, Fibre O Meter akan membantu memberikan gambaran akan pemenuhan serat anak dan mendeteksi apakah ia mengalami kekurangan serat.” pungkas Desytha Utami, External Communications Manager for Specialized Nutrition Danone Indonesia.
Hal tersebut diulas dalam acara "Bicara Gizi: Peranan Serat untuk Dukung Kesehatan Pencernaan Anak” yang digagas oleh Danone Indonesia di Jakarta, belum lama ini.
Peneliti dari FKUI yang juga Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K) mengatakan, asupan serat yang cukup telah teruji secara klinis dapat membantu mengurangi gejala gangguan buang air besar.
"Ini terjadi karena serat dapat membantu menyerap air di usus besar, memperbesar volume dan melunakkan konsistensi feses, mempercepat pembuangan sisa makanan dari usus besar, dan menstimulasi saraf pada rektum agar anak memiliki keinginan untuk BAB,” kata Prof. Hegar, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima SINDOnews.
Prof. Hegar melanjutkan, seorang anak dapat dikatakan memiliki konstipasi apabila terjadi gangguan pada pola BAB, yaitu frekuensi defekasi yang jarang dengan konsistensi feses yang keras, serta beberapa gejala klinis lain. "Kondisi ini tidak dapat diremehkan karena terganggunya kesehatan saluran pencernaan anak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas kesehatannya di masa depan. Untuk itu, orangtua perlu mencermati kesehatan saluran pencernaan anak, salah satunya dengan memperhatikan kecukupan konsumsi serat harian si kecil," ujarnya.
Penelitian yang dilakukan Danone di salah satu wilayah di Jakarta memperlihatkan bahwa 9 dari 10 anak usia 2-3 tahun hanya mengonsumsi rata-rata 4,7 gram serat per hari. Jumlah tersebut jauh di bawah angka kecukupan gizi (AKG 2013) yaitu sebanyak 16 gram serat per hari.
Hasil penelitian tersebut juga mendapatkan 1 dari 3 anak mempunyai pola defekasi berisiko konstipasi. Yaitu meski buang air besar setiap hari, tetapi memiliki konsistensi yang keras. Atau sebaliknya, meski konsistensinya lunak tetapi frekuensi buang air besar tiga hari sekali atau kurang. Intervensi penambahan serat, meski hanya sebesar 7 gram selama 2 bulan, terlihat dapat memperbaiki pola defekasi secara signifikan terhadap 74% anak tersebut pada 2 minggu pertama dan mencapai 90% setelah 2 bulan.
Untuk membantu orangtua memastikan kecukupan serat anak, Danone Specialized Nutrition Indonesia meluncurkan inovasi terbaru, yaitu fitur Fibre O Meter pada kanal Bebeclub. Fitur ini dapat digunakan orangtua untuk menghitung dan memastikan asupan serat harian anak telah terpenuhi.
“Orangtua dapat secara aktif memantau kecukupan serat harian anak dengan mudah melalui fitur Fibre O Meter ini. Dengan cara memasukkan riwayat menu makanan dan minuman yang telah dikonsumsi si kecil dalam satu hari, Fibre O Meter akan membantu memberikan gambaran akan pemenuhan serat anak dan mendeteksi apakah ia mengalami kekurangan serat.” pungkas Desytha Utami, External Communications Manager for Specialized Nutrition Danone Indonesia.
(tsa)